2.1
Definisi Glaukoma
Menurut Herman tahun 2010, glaukoma merupakan suatu
kumpulan penyakit yang mempunyai karakteristik umum neuropatik yang berhubungan
dengan hilangnya fungsi penglihatan. Walaupun kenaikan tekanan intra okuler
adalah satu dari resiko primer, ada atau tidaknya faktor ini tidak merubah
definisi penyakit.
Glaukoma bukanlah sebuah penyakit, melainkan
kekomplekan dari gangguan tekanan intraokuler yang mana mempunyai karakteristik
gejala peningkatan tekanan intraokular pada orang dewasa.
Normalnya, tekanan intraokular adalah 10-20 mmHg. Jika
hasil pemeriksaan tekanan bola mata lebih dari 20, maka kita patut curiga
terhadap adanya glaukoma. Apabla hasil menunjukkan angka lebih dari 25, maka
dipastikan orang tersebut terkena glaukoma.
Untuk mengetahui, seseorang tersebut terkena glaukoma
atau tidak, bisa dengan pemeriksaan tonometri (pemeriksaan tekanan bola mata).
Pengukuran tonometri rutin ini penting, untuk mengidentifikasi adanya glaukoma
sebelum mata terkena bahaya permanen dari peningkatan tekanan di dalamnya.
Glaukoma
biasanya diderita oleh klien yang berumur di atas 40 th. Pada orang yang
memiliki kecenderungan hereditas glaukoma dalam keluarganya, mereka harus
melakukan pengukuran tonometri ritin setiap hari.(Luckman, 1980).
Pendapat
yang lain mengatakan bahwa Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di
dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf
optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. (Anonim,2009)
Dari
beberapa definisi glaukoma diatas, dapat disimpulakan bahwa glaukoma adalah
penyakit mata yang terjadi karena peningkatan tekanan bola mata dan
mempengaruhi kepekaan atau kejelasan penglihatan.
2.2
Type Glaukoma
Ada beberapa
type glaukoma dan dapat di klaasifikasikan sebagai berikut :
- Glaukoma Primer Dewasa
Glaukoma
primer dewasa meliputi:
- Glaukoma Sudut Terbuka / Kronis
Glaukoma
jenis ini umumnya terjadi karena keturunan. Glaukoma jenis ini sering terjadi
pada orang yang mempunyai sudut ruang terbuka yang normal tapi mempunyai
resistensi aliran aquous humor keluar dari ruang sudut.
- Glaukoma Sudut Tertutup
Glaukoma
jenis inin jarang terjadi. Ada kesalahan tempat yang maju dari ujung akar dan
gulungan iris yang melawan kornea.
- Glaukoma Sekunder
Glaukoma ini
biasa di bangun dari banyak sebab seperti uveitis, gangguan neuvaskuler, trauma
tumor, penyakit degenerasi mata, dll.
- Glaukoma Kongenital
Glaukoma ini
terjadi di mata selama ada dalam masa awal tumbuh dan berkembang. Biasanya
terlihat selama 6 bulan kelahiran.
- Glaukoma Absolut
Glakoma ini
biasanya adalah hasil dari beberapa kejadian glaukoma dan itu berarti mengarah
pada kebutaan yang mana tekanan intraokuler meningkat.
Aqueous
humor adalah cairan pada bola mata yang di produksi oleh badan siliari
yang mnerupakan kristal jernih.
2.3
Etiologi dan Patofisiologi
Ada beberapa
sebab dan faktor yang beresiko terhadap terjadinya glaukoma. Diantaranya
adalah:
- Umur
Risiko
glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi
usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan
bertambahnya usia.
- Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
Untuk
glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6
kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik
kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.
- Tekanan bola mata
Tekanan bola
mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian
individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik.
Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau
dokter spesialis mata. Obat-obatan
- Pemakai steroid secara rutin
Pemakai obat
tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat
inhaler untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat
yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda
pemakai obat-obatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri
anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma.
- Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mata
- Penyakit lain
Riwayat
penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren.(Anonim,2010)
Aqueous
diproduksi oleh epitel tidak berpigmen dari prosesus siliaris, yang merupakan
bagian anterior dari badan siliar. Aqueous humor kemudian mengalir melalui
pupil ke dalam kamera okuli anterior, memberikan nutrisi kepada lensa, iris dan
kornea. Drainase aqueous melalui sudut kamera anterior yang mengandung jaringan
trabekular dan kanal Schlemm dan menuju jaringan vena episklera. (Barbara,
1999)
Perjalanan
aliran aqueous humor 80-90% melalui jaringan trabekular, namun terdapat 10%
melalui ciliary body face, yang disebut jalur uveoskleral.
Berdasarkan
fisiologi dari sekresi dan ekskresi cairan aqueous, maka terdapat tiga faktor
utama yang berperan dalam meningkatnya tekanan intraokular, antara lain:
- Kecepatan produksi aqueous humor oleh badan siliar
- Resistensi aliran aqueous humor melalui jaringan trabekular dan kanal Schlemm
- Tekanan vena episklera
Tekanan
intraokular normal yang secara umum diterima adalah 10-21 mmHg.
2.4
Klasifikasi Glaukoma
Banyak
sekali pola yang digunakan untuk mengklasifikasikan glaukoma, namun,
klasifikasi yang secara luas digunakan adalah glaukoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup, karena pembagian tersebut terfokus pada patofisiologi
terjadinya glaukoma dan merupakan titik awal ditentukannya penatalaksanaan
klinis yang sesuai.
- Klasifkasi Vaughen untuk glaukoma adalah:
- Glaukoma Primer
Glaukoma
primer adalah glaukoma yang tidak berhubungan dengan penyakit mata atau
sistenik yang menyebabkan meningkatnya resistensi aliran aqueous humor.
Glaukoma primer biasanya terjadi pada kedua mata.
a)
Glaukoma Sudut Terbuka (Glaukoma Simpleks)
Glaukoma
primer sudut terbuka merupakan glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya dan
ditandai dengan sudut bilik mata terbuka. Glaukoma primer sudut terbuka
merupakan penyakit kronis dan progresif lambat dengan atrofi dan cupping
dari papil nervus optikus dan pola gangguan lapang pandang yang khas. Glaukoma
primer sudut terbuka memiliki kecenderungan familial.
Pada
umumnya, glaukoma primer sudut terbuka terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Prevalensi juga lebih tinggi pada orang berkulit gelap atau berwarna
dibandingkan dengan orang berkulit putih.
Gambaran
patologi utama pada glaukoma sudut terbuka adalah proses degeneratif di jalinan
trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalan trabekular dan
di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Akibatnya adalah penurunan drainase
aqueous humor yang menyebabkan peningkatan tekanan intra okuler.
Tekanan
intraokuler merupakan faktor resiko utama untuk glaukoma primer sudut terbuka.
Terdapat faktor resiko lain yang berhubungan dengan glaukoma primer sudut
terbuka, yaitu; miopia, diabetes mellitus, hipertensi dan oklusi vena sentralis
retina.
Sifat
onsetnya yang samar serta perjalanannya yang progresif lambat maka timbulnya
gejalanya pun lambat dan tidak disadari sampai akhirnya berlanjut dengan
kebutaan. Keluhan pasien biasanya sangat sedikit atau samar, misalnya mata
terasa berat, kepala pusing sebelah, dan anamnesis tidak khas lainnya. Biasanya
pasien tidak mengeluh adanya halo dan tidak tampak mata merah. Tekanan
intraokuler sehari-hari biasanya tinggi atau lebih dari 20 mmHg. Akibat
tekanan tinggi akan terbentuk atrofi papil serta ekskavasio glaukomatosa.
Kerusakan dimulai dari tepi lapang pandang, dengan demikian penglihatan sentral
tetap baik, sehingga penderita seolah-olah melihat melalui teropong.
Diagnosis
glaukoma primer sudut terbuka ditegakkan apabila ditemukan kelainan-kelainan
glaukomatosa pada diskus optikus dan lapangan pandang disertai peningkatan
tekanan intraokuler, sudut kamera anterior terbuka dan tampak normal, dan tidak
ditemukan sebab lain yang dapat meningkatkan tekanan intraokuler.
b)
Glaukoma Sudut Tertutup
Pasien yang
menderita glaukoma primer sudut tertutup cenderung memiliki segmen anterior
yang kecil dan sempit, sehingga menjadi faktor predisposisi untuk timbulnya pupillary
block relatif. Resiko terjadinya hal tersebut meningkat dengan bertambahnya
usia, seiring dengan berkembangnya lensa dan pupil menjadi miosis.
1)
Glaukoma Primer Sudut Tertutup Akut
Glaukoma
primer sudut tertutup akut adalah kondisi yang timbul saat TIO meningkat secara
cepat akibat blokade relatif mendadak dari jaringan trabekular. Hal ini dapat
menimbulkan manifestasi berupa rasa sakit, penglihatan buram, halo, mual dan
muntah. Peningkatan TIO yang tinggi menyebabkan edema epitel kornea yang
bertanggung jawab dalam timbulnya keluhan penurunan penglihatan.
Tanda-tanda
pada glaukoma sudut tertutup akut antara lain:
- TIO yang tinggi
- Pupil yang lebar dan terkadang irreguler
- Edema epitel kornea
- Kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtiva
- Kamera okuli anterior yang sempit
Selama
serangan akut, TIO cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan gangguan nervus
optikus dan oklusi pembuluh darah retina. Sinekia anterior perifer dapat
terbentuk dengan cepat dan TIO yang tinggi menyebabkan terjadinya iskemia
sehingga dapat terjadi atrofi sektoral dari iris. Atrofi pada iris menimbulkan pelepasan
pigmen iris dan pigmen-pigmen tersebut menempel dan mengotori permukaan iris
dan endotel kornea. Akibat iskemia iris, maka pupil dapat berdilatasi dan
terfiksasi.
Diagnosis
pasti didapatkan dengan gonioskopi. Gonioskopi juga membantu menentukan apakah
blokade iris dan jaringan trabekular reversibel atau irreversibel.
2)
Glaukoma Primer Sudut Tertutup Subakut
Glaukoma
primer sudut tertutup subakut (intermiten) adalah kondisi yang ditandai dengan
adanya penglihatan yang buram, halo, dan rasa sakit yang ringan, disertai
dengan peningkatan TIO. Gejala ini membaik dengan sendirinya, terutama selama
tidur, dan muncul kembali secara periodik dalam hitungan hari atau minggu.
Diagnosis yang tepat dapat dibantu ditegakkan dengan pemeriksaan gonioskopi.
3)
Glaukoma Primer Sudut Tertutup Kronis
Glaukoma
primer sudut tertutup kronis merupakan kondisi yang timbul setelah glaukoma
sudut tertutup akut atau saat sudut kamera anterior tertutup secara bertahap
dan tekanan intraokuler meningkat secara perlahan. Gejala klinisnya serupa
dengan glaukoma primer sudut terbuka, yaitu keluhan yang samar, cupping papil
nervus optikus yang progresif dan gangguan lapang pandang glaukomatosa.
Sehingga, pemeriksaan gonioskopi diperlukan untuk menentukan diagnosis yang
tepat.
- Glaukoma Kongenital
Glaukoma
kongenital primer atau infantil adalah glaukoma yang timbul sesaat setelah
lahir sampai beberapa tahuh pertama setlah kelahiran. Selain itu, glaukoma
kongenital juga dapat timbul menyertai anomali kongenital lainnya.
Glaukoma
infantil atau dikenal dengan istilah buphthalmos, dipercaya terjadi akibat
displasia dari sudut kamera anterior tanpa disertai abnormalitas okular dan
sistemik lainnya. Terdapat dua teori yang menerangkan patofisiologi terjadinya
glaukoma infantil, yaitu; terjadi abnormalitas membran atau sel pada jaringan
trabekular, sehingga jaringan trabekuler menjadi impermeabel; teori lain
mengatakan bahwa terjadi anomali luas pada kamera okuli anterior termasuk
insersi abnormal dari muskulus siliaris. Dengan adanya anomali-anomali
tersebut, maka aliran aqueous akan terganggua dan terjadi pembendungan aqueous
humor, maka akan timbul buphtalmos karena jaringan sklera pada neonatus masih
lunak.
Keadaan
klinis yang khas dari glaukoma infantil adalah trias klasik pada bayi baru lahir,
yaitu; epifora, fotofobia, dan blefarospasme. Diagnosis tergantung dari
pemeriksaan klinis yang hati-hati, termasuk pemeriksaan TIO, pengukuran
diameter kornea, gonioskopi dan oftalmoskopi.
- Glaukoma Sekunder
Glaukoma
sekunder adalah glaukoma yang berhubungan dengan penyakit mata atau sistemik
yang menyebabkan menurunnya aliran aqueous humor. Glaukoma sekunder sering
terjadi hanya pada satu mata.
Glaukoma
sekunder merupakan glaukoma yang diketahui penyebab yang menimbulkannya.
Glaukoma
sekunder dapat terlihat dalam bentuk sudut tertutup maupun sudut terbuka.
Kelainan-kelainan tersebut dapat terletak pada:
- Sudut bilik mata, akibat goniosinekia, hifema, leukoma adheren dan kontusi sudut bilik mata
- Pupil, akibat seklusio dan oklusi relatif pupil
- Badan siliar, seperti rangsangan akibat luksasio lensa
Beberapa
penyakit yang dapat menimbulkan glaukoma, yaitu:
- Uveitis, dimana glaukoma terjadi akibat adanya sinekia anterior maupun posterior, penimbunan sel radang di sudut bilik mata dan seklusio pupil yang biasanya disertai dengan iris bombé.
- Pasca trauma serta ulkus kornea, yang mengakibatkan leukoma adheren sehingga bilik mata tertutup dan mengganggu aliran aqueous humor.
- Hifema, akan mengakibatkan tersumbatnya sudut bilik mata
Glaukoma
yang disebabkan oleh lensa. Katarak yang immatur akan menyerap cairan sehingga
ukurannya membesar sehingga menyumbat sudut bilik mata, sedangkan katarak yang
hipermatur, lensa akan pecah dan komposisi lensa dapat menyumbat sudut bilik
mata. Pascabedah katarak, yang mengakibatkan terbentuknya sinekia dan
terbentuknya blokade pupil akibat radang di daerah pupil.
- Glaukoma Absolut
Glaukoma
absolut merupakan stadium akhir glaukoma dimana sudah terjadi kebutaan total.
Pada glaukoma absolut, kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi
dengan ekskavasio galukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.
Mata dengan kebutaan ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris.
Kelainan
mata yang dapat menyebabkan glaukoma antara lain:
- Kelainan lensa
- Kelainan uvea
- Trauma
- Pasca bedah
- Glaukoma absolut
- Berdasarkan lamanya, glaukoma diklasifikasikan sebagai berikut:
- Glaukoma Akut
a)
Definisi
Glaukoma
akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang
meningkat mendadak sangat tinggi.
b)
Etiologi
Dapat
terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut
bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai
akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer,
menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c)
Faktor Predisposisi
Pada bentuk
primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam
lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan
hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur,
uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan
intraokuler.
d)
Manifestasi klinik
1)
Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah
belakang kepala.
2)
Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan
muntah, kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3)
Tajam penglihatan sangat menurun.
4)
Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5)
Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6)
Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7)
Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat
timbulnya reaksi radang uvea.
8)
Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9)
Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media
penglihatan.
10)
Tekanan bola mata sangat tinggi.
11)
Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e)
Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran
dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri,
Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
f)
Penatalaksanaan
Penderita
dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO)
dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera.
Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi,
iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi
setelah pengobatan medikamentosa.
- Glaukoma Kronik
a)
Devinisi
Glaukoma
kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata
sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b)
Etiologi
Keturunan
dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid
jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c)
Manifestasi klinik
Gejala-gejala
terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat
namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai
keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering
menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga
kebutaan permanen.
d)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai
dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg.
Pada
funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding
cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan
lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal,
tangga Ronne, atau skotoma busur.
e)
Penatalaksanaan
Pasien diminta
datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang.
Bila lapang pandang semakin memburuk, meskipun hasil pengukuran tekanan bola
mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum
harus sedikit-sedikit.
2.5
Manifestasi Klinis Glaukoma
Menurut
Harnawartiaj (2008) umumnya dari riwayat keluarga ditemukan anggota keluarga
dalam garis vertical atau horizontal memiliki penyakit serupa, penyakit ini
berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan bola mata seperti normal dan
sebagian besar tidak menampakan kelainan selama stadium dini. Pada stadium
lanjut keluhan klien yang mincul adalah sering menabrak akibat pandangan yang
menjadi jelek atau lebih kabur, lapangan pandang menjdi lebih sempit hingga kebutaan
secara permanen. Gejala yang lain adalah:
- Mata merasa dan sakit tanpa kotoran.
- Kornea suram.
- Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.
- Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.
- Nyeri di mata dan sekitarnya.
- Udema kornea.
- Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang.
- Lensa keruh.
Menurut
Sidharta Ilyas (2004) glaucoma akan memperlihatkan gejala sebagai berikut:
- Tekanan bola mata yang tidak normal
- Rusaknya selaput jala
- Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat
- Berakhir dengan kebutaan
2.6
Penatalaksanaan Glaukoma
Tujuan utama
terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan intraokular serta meningkatkan
aliran humor aquos (drainase) dengan efek samping yang minimal. Penangananya
meliputi:
- Penatalaksanaan Medis
- Glaukoma Primer
a)
Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol,
levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan mengurangi pembentukan cairan
di dalam mata dan TIO.
b)
Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka saluran
yang tersumbat.
c)
Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan carbacol
(untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan)
d)
Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan menghentikan
serangan glaukoma.
e)
Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya
acetazolamide).
f)
Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol intravena
(melalui pembuluh darah).
- Glaukoma sekunder
Pengobatan
glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah
peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan pupil. Kadang dilakukan
pembedahan.
- Glaukoma kongenitalis
Untuk
mengatasi Glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan.
b. Apabila
obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap, maka terapi
laser dan pembedahan merupakan alternatif.
- Terapi Laser
a)
Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang
berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata
dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles).
b)
Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya
pada mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser trabeculoplasty
tidak menyembuhkan glaukoma, namun sering dilakukan daripada meningkatkan
jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda. Pada beberapa kasus-kasus, dia
digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama untuk open-angle
glaukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan relatif aman
untuk menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata yang dibius dengan
obat-obat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang
berkaca pada sudut mata (angle of the eye). Microscopic laser
yang membakar sudut mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal
pengaliran.
c)
Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary
atau cyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang
umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang parah dari
glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini melibatkan
pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang membuat cairan aqueous (ciliary
body). Pembakaran laser ini menghancurkan sel-sel yang membuat cairan,
dengan demikian mengurangi tekanan mata.
- Terapi Pembedahan
a)
Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan untuk
merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari trabecular
meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu pembukaan dan suatu
jalan kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan keluar dari mata. Untk
jalan-jalan kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil diciptakan dari jaringan
conjunctiva (conjunctival tissue). Conjunctiva adalah penutup bening diatas
putih mata. Filtering bleb adalah suatu area yang timbul seperti bisul yang
ditempatkan pada bagian atas mata dibawah kelopak atas. Sistim pengaliran baru
ini mengizinkan cairan untuk meninggalkan mata, masuk ke bleb, dan kemudian
lewat masuk kedalam sirkulasi darah kapiler (capillary blood circulation)
dengan demikian menurunkan tekanan mata. Trabeculectomy adalah operasi glaukoma
yang paling umum dilaksanakan. Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif
menurunkan tekanan mata.
b)
Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan
untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu potongan dari
sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu membran yang tipis dari
jaringan melaluinya cairan aqueous dapat dengan lebih mudah mengalir. Ketika
dia lebih tidak invasiv dibanding trabeculectomy dan aqueous shunt
surgery, dia juga bertendensi lebih tidak efektif. Ahli bedah kadangkala
menciptakan tipe-tipe lain dari sistim pengaliran (drainage systems).
Ketika operasi glaukoma seringkali efektif, komplikasi-komplikasi, seperti
infeksi atau perdarahan, adalah mungkin. Maka, operasi umumnya dicadangkan
untuk kasus-kasus yang dengan cara lain tidak dapat dikontrol.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Asuhan Keperawatan Glaukoma
3.1.1
Pengkajian
- Anamnesa
Anamnesa
yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah:
- Identitas / Data Biografi
Berisi nama,
usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
- Riwayat penyakit sekarang
Merupakan
penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan
katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
- Riwayat penyakit dahulu
Adanya
riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi,
pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko
katarak.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
cfPada
pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah
ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,
alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan
endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid /
toksisitas fenotiazin.
3.1.2
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
- Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
Tujuan:
Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria
hasil:
1)
Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
2)
Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
3)
Ekspresi wajah rileks
Intervensi:
1)
Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
R/
2)
Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
3)
Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
4)
Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
5)
Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan tio
6)
Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
7)
Berikan analgesik sesuai anjuran
- Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan; gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan:
Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria
Hasil:
1)
Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
2)
Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih
lanjut.
Intervensi:
1)
Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan.
Rasional:
Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan/mengalami
pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau total.
2)
Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/ kemungkinan kehilangan
penglihatan.
Rasional:
Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi.
3)
Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal,
tidak salah dosis.
Rasional:
Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut.
4)
Lakukan tindakan untuk membantu pasien yang mengalami keterbatasan penglihatan,
contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang
terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
Rasional:
Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan lapang pandang atau kehilangan
penglihatan dan akomodasi pupil thd sinar lingkungan
5)
Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi.
Rasional:
Memisahkan badan siliar dr sclera untuk memudahkan aliran keluar akueus humor.
- Ansitas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan:
Cemas hilang atau berkurang
Kriteria
Hasil:
1)
Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai
tingkat dapat diatasi.
2)
Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.
3)
Pasien menggunakan sumber secara efektif.
Intervensi:
1)
Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini.
Rasional:
Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus
insietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO.
2)
Berikan informasi yang akurat dan jujur.
Rasional:
Menurunkan ansiets b/d ketidak tahuan / harapan yang akan datang dan memberikan
dasar fakta untuk membuat pilihan info ttg pengobatan.
3)
Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Rasional:
Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah
konsepsi dan pemecahan masalah.
4)
Identifikasi sumber/orang yang menolong.
Rasional:
Memberikan keyakinan bhw pasien tdk sendiri dlm menghadapi masalah.
- Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan:
Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria
Hasil:
1)
Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis,
dan
pengobatan.
2)
Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit.
3)
Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi:
1)
Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
2)
Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
Rasional:
Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan kesempatan pasien menunjukan
kompetensi dan menanyakan pertanyaan.
3)
Izinkan pasien mengulang tindakan.
4)
Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat
yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
Rasional:
Penyakit ini dapat di control dan mempertahankan konsistensi program obat
adalah control vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO
dan potensial kehilangan penglihatan tambahan
5)
Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan
nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur, dll).
Rasional:
Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak nyamanan sampai ancaman kesehatan
berat.
6)
Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
Rasional:
Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd stres, mencegah perubahan okuler
yang mendorong iris kedepan, yang dpt mencetuskan serangan akut.
7)
Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong, menggunakan
baju ketat dan sempit.
Rasional:
Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan serangan akut.
8)
Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
Rasional:
Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari konstipasi.
9)
Tekankan pemeriksaan rutin.
Rasional:
Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan memungkinkan intervensi dini dan mencegah
kehilangan penglihatan lanjut.
3.2 WOC
DAFTAR PUSTAKA
Luckman&Sorensen.1980.Medical-Surgical
Nursing a Psychophysiologic Approach.United States of America: W.B. Sunders
Company (1986-1990)
Herman.2010.Prevalensi
kebutaan akibat glaukoma di kabupaten tapanuli selatan(hal 2).Available from http:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6399/1/10E00177.pdf
(diakses 10 oktober 2010)
Anonim.2009.Kumpulan
artikel tentang glaukoma.Available from : http://puskesmassimpangempat.wordpress.com/2009/08/14/kumpulan-artikel-tentang-glaukoma/
(di akses 10 oktober 2010)
Barbara,dkk.1999.Medical-Surgical
Nursing.United States of America: Lippincott(642-645)
Anonim.2007.World
Glaucoma Day(hal 1-2).Available from http :
www.mazdabalikpapan.com/asuhan-keperawatan-pada-penyakit-mata-glukoma.html
(diakses 7 oktober 2010)
Anonim.2008.Askep
Glaukoma(hal 2).Available from
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/glaukoma-2 (diakses 09 oktober
2010 )
Marilynn,
dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Jakarta : EGC
Ilyas,
sidarta. 2009. Dasar-dasar pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Edisi
3. Jakarta:Balai Pustaka.
Ilyas,
sidarta. 2004. Masalah kesehatan mata anda dalam pertanyaan- pertanyaan.
Edisi 2. Jakarta : FKUI
Hartono.
2007. Oftalmoskopidasar dan klinis. Yogyakarta : Pustaka Cendekia
Ilyas,
sidarta. 2009. Ilmu penyakit mata. Jakarta : Balai penerbit FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar