ANGINA
PECTORIS
A.
DEFINISI
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon terhadap supalai oksigen yang tidak adequate ke sel-sel miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen (Corwin, 2009)
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana
pasien mendapat serangan dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa
berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut
biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang
bila pasien menghentikan aktivitasnya (Mansjoer dkk, 2007)
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak
yang berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan
oleh ischemia miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak
tersebut sering kali digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa
kemeng, rasa penuh, rasa terbakar, rasa bengkak dan rasa seperti sakit gigi. Rasa
tidak enak tersebut biasanya berkisar 1 – 15 menit di daerah retrosternal,
tetapi dapat juga menjalar ke rahang, leher, bahu, punggung dan lengan kiri.
Walaupun jarang, kadang-kadang juga menjalar ke lengan kanan. Kadang-kadang
keluhannya dapat berupa cepat capai, sesak nafas pada saat aktivitas, yang
disebabkan oleh gangguan fungsi akibat ischemia miokard. Penyakit
angina pektoris ini juga disebut sebagai penyakit kejang jantung. Penyakit ini
timbul karena adanya penyempitan pembuluh koroner pada jantung yang
mengakibatkan jantung kehabisan tenaga pada saat kegiatan jantung dipacu secara
terus-menerus karena aktifitas fisik atau mental.
B.
KLASIFIKASI
§ Stable Angina
Juga disebut angina klasik. Terjadi sewaktu arteri
koroner yang aterosklerotik tidak dapat
berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjadi peningkatan kebutuhan
oksigen. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktifitas fisik seperti
berolah raga, naiktangga, atau bekerja keras. Pajanan dingin, terutama bila
disertai bekerja seperti menyekop salju. Stres mental termasuk stress yang
terjadi akibat rasa marah serta tugas mental seperti berhitung, dapat
mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina jenis ini, biasanya menghilang,
apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya.
§ Angina Variant (Prinzmetal)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung
dan pada kenyataannya sering terjadi pada saat istirahat. Pada angina ini,
suatu arteri koroner mengalami spasme yang menyebabkan iskemik jantung. Kadang-kadang
tempat spasme berkaitan dengan aterosklerosis. Ada kemungkinan bahwa walaupun
tiak jelas tampak lesi pada arteri, dapat terjadi kerusakan lapisan endotel
yang samar. Hal ini menyebabkan peptide vasoaktif memiliki akses langsung ke
lapisan otot polos dan menyebabkan kontraksi arteri koroner. Disritmia sering
terjadi pada angina variant
§ Unstable
Angina
Merupakan jenis angina yang sangat berbahaya dan
membutuhkan penanganan segera. Dijumpai pada individu dengan penyakit arteri
koroner yang memburuk. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja
jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat aterosklerosis koroner, yang ditandai
perkembangan thrombus yang mudah mengalami spasme. Terjadi spasme sebagai
respon terhadap peptida vasoaktif yang dikeluarkan trombosit yang tertarik ke
area yang mengalami kerusakan. Seiring dengan pertumbuhan thrombus, frekuensi
dan keparahan serangan angina tidak stabil meningkat dan individu beresiko
mengalami kerusakan jantung irreversible. Unstable angina dapat juga dikarenakan kondisi kurang darah (anemia)
khususnya jika anda telah memiliki penyempitan arteri koroner sebelumnya Tidak
seperti stable angina, angina jenis ini tidak memiliki pola dan dapat timbul
tanpa aktivitas fisik berat sebelumnya serta tidak menurun dengan minum obat
ataupun istirahat. Angina tidak stabil termasuk gejala infark miokard pada
sindrom koroner akut.
C.
ETIOLOGI
Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung
memerlukan asupan oksigen yang lebih pada waktu tertentu, misalnya pada saat
bekerja, makan, atau saat sedang mengalami stress. Jika pada jantung mengalami
penambahan beban kerja, tetapi supplai oksigen yang diterima sedikit, maka akan
menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen sangatlah diperlukan oleh sel
miokard untuk dapat mempertahankan fungsinya. Oksigen yang didapat dari proses
koroner untuk sel miokard ini, telah terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga
wajar bila aliran koroner menjadi meningkat. Aliran
darah koroner terutama terjadi sewaktu diastole pada saat otot ventrikel dalam
keadaan istirahat.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian oksigen
pada jantung, adalah
§ Denyut Jantung
Apabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan
oksigen tiap menitnya akan bertambah.
§ Kontraktilitas
Dengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan
katekolamin (adrenalin dan nor adrenalin) sehingga dapat meningkatkan kontraksi
pada jantung.
§ Tekanan Sistolik Ventrikel Kiri
Makin tinggi tekanan, maka akan semakin banyak
pemakaian oksigen.
§ Ukuran Jantung
Jantung yang besar, akan memerlukan oksigen yang
banyak.
Faktor-faktor penyebab lainnya, antara lain adalah :
1.
Aterosklerosis
2.
Denyut jantung yang terlalu cepat
3.
Anemia berat
4.
Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis
yang disebabkan oleh sedikitnya aliran darah ke katup jantung.
5.
Penebalan pada di dinding otot jantung - hipertropi-
dimana dapat terjadi pada penderita tekanan darah tinggi sepanjang tahun
6.
Spasme arteri koroner
D.
PATOFISIOLOGI
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena
timbulnya iskemia miokard atau karena suplai darah dan oksigen ke miokard
berkurang. Aliran darah berkurang karena penyempitan pembuluh darah koroner
(arteri koronaria). Penyempitan terjadi karena proses ateroskleosis atau spasme
pembuluh koroner atau kombinasi proses aterosklerosis dan spasme.
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak
tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak
akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan
dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol
ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami
nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit
dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar,
akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana
terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang
merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang
masih cukup untuk memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi tidak
cukup bila kebutuhan oksigen miokard meningkat seperti pada waktu pasien
melakukan aktivitaas fisik yang cukup berat. Pada saat beban kerja suatu
jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga meningkat. Apabila kebutuhan
oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri koroner akan
berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung.
Akan tetapi apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat
aterosklerosis dan tidak dapatberdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen, dan terjadi iskemia(kekurangan suplai darah) miokardium dan
sel-sel miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi
kebutuhan energinya. Proses pembentukan energy ini sangat tidak efisien dan
menyebabkan pembentukan asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan
menyebabkan nyeri ang berkaitan dengan angina pectoris. Apabila kebutuhan
energy sel-sel jantung berkurang, suplai oksigen oksigen menjadi adekut dan
sel-sel otot kembali keproses fosforilasi oksidatif untuk membentuk energy.
Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan menghilangnya penimbunan asam
laktat, nyeri angina pectoris mereda.
1. Angina pectoris stabil.
§ Muncul
ketika melakukan aktifitas berat
§ Biasanya
dapat diperkirakan dan rasa nyeri yang muncul biasanya sama dengan rasa nyeri
yang datang sebelumnya
§ Hilang dalam
waktu yang pendek sekitar 5 menit atau kurang
§ Hilang
dengan segera ketika anda beristirahat atau menggunakan pengobatan terhadap
angina
§ Rasa
sakitnya dapat menyebar ke lengan, punggung atau area lain
§ Dapat dipicu
oleh tekanan mental atau stres.
2. Angina pectoris tidak stabil.
§ Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik
frekuensi berat dan lamanya meningkat.
§ Timbul waktu
istirahat/kerja ringan.
§ Tidak dapat
diperkirakan
§ Biasanya
lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
§ Dapat tidak
akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina
§ EKG: Deviasi
segment ST depresi atau elevasi.
3. Angina
variant.
§ Angina yang
terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu aktifitas ringan.
Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner
§ EKG deviasi
segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada waktu serangan yang kemudian
normal setelah serangan selesai.
F.
DATA PENUNJANG
Setiap
penderita dengan gejala yang mengarah pada angina harus dilakukan EKG 12 lead.
Namun hasil EKG akan normal pada 50 % dari penderita dengan angina pectoris.
Depresi atau elevasi segmen ST menguatkan kemungkinan adanya angina dan
menunjukkan suatu ischemia pada beban kerja yang rendah.
Foto thoraks
pada penderita angina pectoris biasanya normal. Foto thoraks lebih sering
menunjukkan kelainan pada penderita dengan riwayat infark miokard atau
penderita dengan nyeri dada yang bukan berasal dari jantung. Manfaat
pemeriksaan foto thorak secara rutin pada penderita angina masih dipertanyakan.
Uji latih
beban dengan monitor EKG merupakan prosedur yang sudah baku. Dari segi biaya,
tes ini merupakan termurah bila dibandingkan dengan tes echo. Untuk mendapatkan
informasi yang optimal, protocol harus disesuaikan untuk masing-masing
penderita agar dapat mencapai setidaknya 6 menit. Selama EKG, frekwensi,
tekanan darah harus dimonitor dengan baik dan direkam pada tiap tingkatan dan
juga pada saat abnormallitas segmen ST. metode yang dipakai pada uji beban
yaitu dengan menggunakan treadmill dan sepeda statis.
Interpretasi
EKG uji latih beban yang paling penting adalah adanya depresi dan elevasi
segmen ST lebih dari 1 mm. Biasanya uji latih beban dihentikan bila mencapai
85% dari denyut jantung maksimal berdasarkan umur, namun perlu diperhatikan
adanya variabilitas yang besar dari denyut jantung maksimal pada tiap individu.
Indikasi absolute untuk menghentikan uji beban adalah penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 10 mmHg dari tekanan darah awal meskipun beban latihan naik
jika diikuti tanda ischemia yang lain : angina sedang sampai berat , ataxia
yang meningkat, kesadaran menurun, tanda-tanda penurunan perfusi seperti
sianosis.
Pada penderita
yang tidak bisa di diagnosa dengan uji latih beban berdasarkan EKG, maka
dilakukan uji latih beban dengan pencitraan. Isotop yang biasa digunakan adalah
thalium-210.
Tes uji
latih ekokardiografi dianalisa berdasarkan penilaian penebalan miokard pada saat
uji latih dibandingkan dengan saat istirahat. Gambaran ekokardiografi yang
mendukung adanya ischemia miokard adalah: penurunan gerakan dinding pada 1 atau
lebih segmen ventrikel kiri, berkurangnya ketebalan dinding saat sistol atau
lebih segmen pada saat uji latih beban, hiperkinesia kompensasi pada segmen
dinding yang berkaitan atau yang tidak ischemia.
Tindakan
untuk angiografi koroner diagnostic secara langsung pada penderita dengan nyeri
dada yang diduga karena ischemia miokard, dapat dilakukan jika ada kontra
indikasi untuk test non invasive.
Untuk
pemeriksaan Laboratorium Yang sering dilakukan adalah pemeriksaan enzim; CPK,
SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada
angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol LDH
dan LDL. Trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti
hyperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes
mellitus yang juga merupakan factor resiko bagi pasien angina pectoris.
G.
KOMPLIKASI
1. Stable Angina Pectoris
Kebutuhan metabolik otot jantung dan energi tak dapat dipenuhi karena
terdapat stenosis menetap arteri koroner yang disebabkan oleh proses
aterosklerosis. Keluhan nyeri dada timbul bila melakukan suatu pekerjaan.
sesuai dengan berat ringannya pencetus dibagi atas beberapa tingkatan :
1. Selalu timbul sesudah latihan berat.
2. Timbul sesudah latihan sedang ( jalan cepat 1/2 km)
3. Timbul waktu latihan ringan (jalan 100 m)
4. Angina timbul jika gerak badan ringan (jalan biasa)
Diagnosa
1. Pemeriksaan EKG
2. Uji latihan fisik (Exercise stress testing
dengan atau tanpa pemeriksaan radionuclide)
3. Angiografi koroner.
Terapi
1. Menghilangkan faktor pemberat
2. Mengurangi faktor resiko
3. Sewaktu serangan dapat dipakai
§ Penghambat Beta
§ Antagonis kalsium
§ Kombinasi
2. Unstable Angina Pectoris
Disebabkam primer oleh kontraksi otot
polos pembuluh koroner sehingga mengakibatkan iskemia miokard. patogenesis
spasme tersebut hingga kini belum diketahui, kemungkinan tonus alphaadrenergik
yang berlebihan (Histamin, Katekolamin, Prostagglandin). Selain dari spame
pembuluh koroner juga disebut peranan dari agregasi trobosit. penderita ini
mengalami nyeri dada terutama waktu istirahat, sehingga terbangun pada waktu
menjelang subuh. Manifestasi paling sering dari spasme pembuluh koroner ialah
variant (prinzmental).
Elektrokardiografi tanpa serangan nyeri
dada biasanya normal saja. Pada waktu serangan didapati segmen ST elevasi.
Jangan dilakukan uji latihan fisik pada penderita ini oleh karena dapat
mencetuskan aritmia yang berbahaya. Dengan cara pemeriksaan teknik nuklir kita
dapat melihat adanya iskemia saja ataupun sudah terjadi infark.
Terapi
1. Inhibitor trombosit: Pasien angina
yang tidak stabil efektif terhadap aspirin selama fase akut maupun kronis
2. Antikoagulan: Heparin dapat mencegah
miokard infark dan mengurangi iskemia dan depresi ST segmen.
3. Anti trombotik: preparat yang paling banyak
digunakan adalah aspirin dimana dengan pemberian aspirin angka kematian dapat
diturunkan sampai 25%. Disamping itu aspirin dapat juga mencegah
re-infark
4. Nitrogliserin: hasilnya masih
kontroversi akan tetapi dapat diberikan intravena pada angina yang tidak stabil
disepakati untuk mencegah timbulnya angina
5. Beta blocker: Mengurangi kecepatan
jantung, kontraksi miokard dan kebutuhan oksigen oleh miokard. Efektif untuk
mengurangi nyeri dada. Sebaiknya diberikan intravenous dilanjutkan dengan beta
blocker sampai dengan denyut jantung 60 x/menit
6. Kalsium Antagonis: Efektif sebagai vasodilatasi.
Dalam hal ini yang banyak digunakan adalah diltiazim juga menyebabkan
pengurangan denyut jantung dan verampamil. Tidak mengurangi infark akan tetapi
dapat mengurangi serangan angina. Yang banyak digaunakan adalah nifedipine,
nikardipin yang biasa dikombinasikan dengan beta blocker.
7. Percutanous Transluminal coronary angioplasty (PTCA) atau coronary by Pass
Graff Surgery (CBGS)
3. Infark miokard acut (IMA)
Gambaran Klinis:
Kebanyakan pasien dengan infark miokard
akut mencari pengobatan karena rasa sakit didada. Namun demikian ,gambaran
klinis bisa bervariasi dari pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan
rutin, sampai pada pasien yang merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara
cepat berkembang menjadi syok dan eadem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru
saja tampak sehat lalu tiba-tiba meninggal.
Serangan infark miokard biasanya akut,
dengan rasa sakit seperti angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini
terdapat rasa penekanan yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya
kematian. Bila pasien sebelumnya pernah mendapat serangan angina ,maka ia tabu
bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina sebelumnya sedang berlangsung.
Juga, kebalikan dengan angina yang biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu
pasien dalam keadaan istirahat ,sering pada jam-jam awal dipagi hari.
Nitrogliserin tidaklah mengurangkan rasa sakitnya yang bisa kemudian menghilang
berkurang dan bisa pula bertahan berjam-jam malahan berhari-hari. Nausea dan
vomitus merupakan penyerta rasa sakit tsb dan bisa hebat, terlebih-lebih
apabila diberikan martin untuk rasa sakitnya.
Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam, mencekik, mencengkeram
atau membor. Paling nyata didaerah subternal, dari mana ia menyebar kedua
lengan, kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah atas (sehingga ia mirip
dengan kolik cholelithiasis, cholesistitis akut ulkus peptikum akut atau
pancreatitis akut).
Terdapat laporan adanya infark miokard tanpa rasa sakit. Namun bila
pasien-pasien ini ditanya secara cermat, mereka biasanya menerangkan adanya
gangguan pencernaan atau rasa benjol didada yang samar-samar yang hanya sedikit
menimbulkan rasa tidak enak/senang. Sekali-sekali pasien akan mengalami rasa
napas yang pendek (seperti orang yang kelelahan) dan bukanya tekanan pada
substernal.Sekali-sekali bisa pula terjadi cekukan/singultus akibat irritasi
diapragma oleh infark dinding inferior. pasien biasanya tetap sadar, tetapi
bisa gelisah, cemas atau bingung. Syncope adalah jarang, ketidak sadaran akibat
iskemi serebral, sebab cardiac output yang berkurang bisa sekali-sekali
terjadi.Bila pasien-pasien ditanyai secara cermat, mereka sering menyatakan
bahwa untuk masa yang bervariasi sebelum serangan dari hari 1 hingga 2 minggu)
,rasa sakit anginanya menjadi lebih parah serta tidak bereaksi baik tidak
terhadap pemberian nitrogliserin atau mereka mulai merasa distres/rasa tidak
enak substernal yang tersamar atau gangguan pencernaan (gejala -gejala permulaan
/ancaman /pertanda). Bila serangan-serangan angina menghebat ini bisa merupakan
petunjuk bahwa ada angina yang tidak stabil (unstable angina) dan bahwasanya dibutuhkan pengobatan yang lebih
agresif.
Bila diperiksa, pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu dengan
berkeringat , kulit yang dingin .walaupun bila tanda-tanda klinis dari syok
tidak dijumpai. Nadi biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang
komplit atau inkomplit. Dalam beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai
membaik, tetapi demam sering berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari,
sampai 102 derajat Fahrenheid atau lebih tinggi, dan kemudian perlahan-lahan
turun ,kembali normal pada akhir dari minggu pertama.
Pengobatan:
Sasaran pengobatan IMA pertama adalah menghilangkan rasa sakit dan cemas.
Kedua mencegah dan mengobati sedini mungkin komplikasi (30-40%) yang serius
seperti payah jantung, aritmia, thrombo-embolisme, pericarditis, ruptur m.
papillaris, aneurisma ventrikel, infark ventrikel kanan, iskemia berulang dan
kematian mendadak. Untuk sakit diberikan sulfas morphin 2,5-10 mg IV.
Pethidin kurang efektif dibandingkan Morphin dan dapat menyebabkan sinus
tachycardia. Obat ini banyak dipakai pada infark inferior dengan sakit dada dan
sinus bradycardia. Dosis 25-50 mg dapat diulang sesudah 2-4 jam dengan
perlahan-lahan .
Pada sakit dada dengan lMA terutama infark anterior dengan sinus
tachycardia dan tekanan darah sistolik di atas 100 - 100 mm Hg B-Blocker dapat
dipakai. Dosis kecil B-Blocker mulai dengan 1/2 - 5 mg Inderal. IV. Dikatakan
bahwa pemberian B-Blocker dalam 5 jam pertama bila tidak ada kontra indikasi
dapat mengurangi luasnya infark. Nitrat baik sublingual maupun transdermal
dapat dipakai bila sakit dada pada hari-hari pertama.
Nifedipin, C-antagonist yang sering
dipakai bila diduga penyebabnya adalah spasme koroner, khusus angina sesudah
hari ke-2 dan sebelum pulang. Istirahat, pemberian 02, diet kalori
rendah dan mudah dicernakan dan pasang infus untuk siap gawat.
Pemberian anti koagulansia hanya pada penderita yang harus dimobilisasi
agak lama seperti gagal jantung, syok dan infark anterior yang luas. Sekitar
60-70% dari infark tidak terdapat komplikasi dan dianjurkan penanganan sesudah
2-3 minggu untuk uji latih jantung beban (ULJB) yang dimodifikasikan.
Kalau normal untuk rehabilitasi biasa tetapi kalau abnormal agar diperiksa
arteriogram koroner untuk mengetahui tepat keadaan pembuluh darah koronernya
agar dapat ditentukan sikap yang optimal.
Pembatasan perluasan Infark:
Seperti telah diterangkan bahwa perfusi miokard dan kebutuhan metabolik
tidak boleh dirugikan oleh pengobatan. Keadaan yang mungkin memperluas infark
harus dicegah atau langsung diperbaiki seperti: Tachykardia, Hipertensi ,
Hipotensi, Aritmia dan Hipoxemia.
Menghadapi keadaan tersebut diperlukan
strategi pengobatan yaitu :
1. Upaya menurunkan kebutuhan 02 miokard dengan cara :
a. Beta Blocker
b. Menurunkan afterload penderita dengan hipertensi
c. Membantu sirkulasi dengan ABC
2. Mengurangi iskemia
miokard dengan memperbaiki perfusi atau aliran kolateral ditingkat kan sehingga
persediaan 02 miokard meningkat. .
a. Pengobatan dengan
thrombolitik streptokinase, Tissue plasminogen activator (Actylase) .
b. Calcium antagonist
c. Peningkatan perfusi koroner dengan ABC
Streptokinase intra vena memberi thrombolyse dalam 50%
para penderita bila diberikan dalam waktu 6 jam sesudah timbul gejala infark.
Dosis : 250.000 U dalam 10 Menit, diikuti dengan infus dengan dosis antara
850.000 sampai 1.700.000 U selama 1 jam. Sebaiknya diberikan Hydrocortison
IV-l00 mg sebelum streptokinase diberikan. Heparin diberikan 2 jam sesudah
streptokinase infus berakhir.
Actylase, recombinant human tissue-type plasminogen
activator (rt-PA). Actylase adalah suatu bahan thrombolitik yang unik dengan
teknologi DNA rekombinan dan dinyatakan sebagai bahan yang mampu menghambat
terjadinya oklusi pembuluh darah koroner dengan cara menyebabkan lysisnya
thrombus sebelum terjadi infark jantung total. Bahan ini mempunyai sifat
spesifik dimana tidak mempengaruhi proses koagulasi sistemik. Disamping itu
bahan ini tidak menyebabkan allergi karena berasal dari protein manusia secara
alami.
Untuk mendapatkan bahan ini secara alami tentu tidak
mudah, karena untuk mendapat 1 gr human tissue plasminogen acti vater
dibutuhkan 5 ton jaringan manusia.
Cara membuatnya adalah dengan teknik Recombinant DNA
dan metode fermentasi sel jaringan. (genetic engineering).
Cara kerja actylase adalah fibrin spesifik dan
berikatan dengan fibrin guna mengaktifkan perobahan plasminogen menjadi
plasmin. Afinitasnya besar pada fibrin dan tidak aktif di darah.
Kerja actylase cepat yaitu 1-2 menit setelah pemberian
10 fig.
Indikasi: Thrombo-oklusi koroner, pulmoner, deep vein thrombosis peripheral arterial
occlusion.
Kontra indikasi:
1. Adanya diathese hemorrhagis
2. Adanya perdarahan internal baru
3. Perdarahan cerebral.
4. Trauma atau operasi yang baru
5. Hipertensi yang tidak terkontrol
6. Bacterial endocarditis
7. Acute pancreatitis.
4. Aritmia
Adalah suatu
kelainan ireguler dari denyut jantung yang disebabkan oleh pembentukan impuls
yang abnormal dan kelainan konduksi impuls atau keduanya. Depolarisasi
terlambat disebabkan oleh meningginya kalsium intrasel. Kalsium intoksikasi
adalah salah satu contoh terjadinya depolarisasi tipe ini.
5. Kematian Jantung Mendadak (Sudden Cardiac Death)
Didefinisikan sebagai kematian yang terjadi kurang
dari 1 jam dari kesadaran tanpa diketahui terlebih dahulu adanya penyakit
jantung primer atau tidak. Secara umum penyebab dari kematian jantung lebih
dari 90% disebabkan oleh koroner (VT dan VF 60%), infark akut (15%), iskemi
akut (10%), spasme koroner (2-5%)
Terapi
Tidakan darurat yang dilakukan pada pasien yang
selamat dari jantung:
1. Langkah
pertama, stabilisasi, resusitasi, nilai status neurologi, dan lakukan ekstubasi
2. Langkah kedua, cari factor penyebab
yang pada umumnya adalah infark akut, hipokalemi, dan obat-obatan
3. Langkah ketiga, ketahui sttus
jantung dengan tes exercise, talium scan, ekokardiografi
4. Langkah ke
empat, ketahui apakah terdapat VT/VF baik melalui holter monitor maupun tes
treadmill
5. Langkah
kelima, lakukan salah satu terapi, implantable defibrillator, CABG dengan atau
tidak defibrillator, amiodaron atau mungkin juga pemberian sotasol
H. PENATALAKSANAAN
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan
angina pectoris :
·
Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis,
dengan demikian meningkatkan kuantitas hidup.
·
Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya
ischemia, dengan demikian meningkatkan kualitas hidup.
Prinsip penatalaksanaan angina
pectoris adalah: meningkatkan pemberian oksigen (dengan meningkatkan aliran
darah koroner) dan menurunkan kebutuhan oksigen (dengan mengurangi kerja
jantung).
1. Terapi
Farmakologis untuk anti angina dan anti iskhemia
a. Penyekat
Beta
obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat
beta dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan
frekwensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek samping
biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta
antara lain: atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
b. Nitrat dan
Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat
bermanfaat untuk mengurangi symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai
efek antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen
miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan volume
ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan nitrat jangka
panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk mencegah terjadinya toleransi
dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas nitrat yang cukup yaitu 8 – 12
jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit, ISDN, isosorbid
mononitrat, nitrogliserin.
c. Kalsium
Antagonis
obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya
kalsium melalui saluran kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos
pembulu darah sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan
sistemik. Kalsium antagonis juga menurunkan kabutuhan oksigen miokard dengan
cara menurunkan resistensi vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis
adalah amlodipin, bepridil, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin,
nifedipin, nimodipin, verapamil.
d. Terapi
Farmakologis untuk mencegah Infark miokard akut
§ Terapi
antiplatelet, obatnya adalah aspirin diberikan pada penderita PJK
baik akut atau kronik, kecuali ada kontra indikasi, maka penderita dapat
diberikan tiiclopidin atau clopidogrel.
§ Terapi
Antitrombolitik, obatnya adalah heparin dan warfarin. Penggunaan
antitrombolitik dosis rendah akan menurunkan resiko terjadinya ischemia pada
penderita dengan factor resiko .
§ Terapi penurunan kolesterol, simvastatin akan menurunkan LDL (low density
lipoprotein) sehingga memperbaiki fungsi endotel pada daerah atheroskelerosis
maka aliran darah di arteria koronaria lebih baik.
2. Revaskularisasi Miokard
Angina
pectoris dapat menetap sampai bertahun-tahun dalam bentuk serangan ringan yang
stabil. Namun bila menjadi tidak stabil maka dianggap serius, episode nyeri
dada menjadi lebih sering dan berat, terjadi tanpa penyebab yang jelas. Bila
gejala tidak dapat dikontrol dengan terapi farmakologis yang memadai, maka
tindakan invasive seperti PTCA (angioplasty coroner transluminal percutan)
harus dipikirkan untuk memperbaiki sirkulasi koronaria.
3. Terapi Non
Farmakologis
Ada berbagai
cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung antara
lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia
dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang
obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung.
Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan
vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontra sepsi
dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.
Thanks for your information. Please accept my comments to still connect with your blog. And we can exchange backlinks if you need.
BalasHapusWhat Is Anemia?
What Is Aortic Aneurysm?
What Is Angina Pectoris?
What Is Arrhythmias?
What Is Ascariasis?